Sekolah Calon Ibu RN #1
Mari kita kembali pada hari ke-16, bulan Muharram 885 H, atau bertepatan dengan 18 Februari 1451, ketika seorang pemuda gagah yang usianya baru 22 tahun diangkat menjadi Sultan. Namanya laksana mahkota yang digores oleh tinta paling bersejarah Bani Utsmani. Ia memacu kudanya menuju pusat pemerintahan, Adrianopel. Iring-iringan pasukan mengawali masa kekuasaannya. Waktu bergulir, Bizantium yang berkuasa ratusan tahun takluk olehnya. Peradaban Islam semakin melebar, menyebar keseluruh penjuru dunia.
Hari ini, kisah sultan sang penakluk Konstantinopel itu membuat saya tak berhenti memikirkan apa dan bagaimana ia di-didik. Ibarat kata, detik waktu yang hadir dalam hidupnya tak pernah menjadi sia-sia. Tidak hanya ditempa, ia telah menjelma apa-apa yang hari ini telah terlupa, peradaban itu sendiri.
“If you educate a man, means you educate a man. If you educate a women means you educate a nation”
– Dr. James Kwegyir Aggrey----
13, Oktober 2019. Adalah hari yang saya tunggu-tunggu selama kurang lebih satu tahun. Betapa tidak, saat saya terlambat mengetahui jikalau rekan-rekan asrama di Rumah Kepemimpinan, (sebut saja Srikandi 8) yang mengikuti program Sekolah Calon Ibu Angkatan ke-6. Saat itu pula, saya berjanji akan mengikuti program di periode berikutnya.
Sekolah Calon Ibu ini diselenggarakan oleh Yayasan Rumpun Nurani, selanjutnya disingkat RN. Yayasan ini berada di Yogyakarta. Kalau di dibalik sosok Batman ada Bruce Wayne, maka di balik Yayasan RN ada Teh Deri dan Kang Yazid. Duo main power yang berkolabora(k)si dalam mensejahterakan ummat lewat Sekolah Calon Ayah (SCA) dan Sekolah Calon Ibu (SCI), serta program kemanusiaan lainnya.
(Semoga kelak bisa mengikuti jejak beliau-beliau ini, Aamiin Allahumma Aamiin)
Baiklah, sebelum saya menceritakan program yang saya ikuti di SCI ini, saya perlu menyampaikan bahwa tulisan ini ditujukan untuk saya sendiri dan orang-orang yang berkenan mencecap ilmu darinya.
Bukan bermaksud jumawa, karena Tom Smith kepala lembaga survey di Universitas Chicago pernah berujar, “Mereka yang paling bahagia, kebanyakan adalah yang bekerja membantu orang lain atau melakukan pekerjaan kreatif”.
Semoga tulisan ini menjadi edukasi kreatif yang mencerdaskan orang lain, agar kelak kita sama-sama bahagia sampai Jannah-Nya.
Aamiin paling serius. Wkwk.
First, Kucala Medical Centre.
Dari namanya saja, kita bisa tahu bahwa tempat diatas bukan nama pasar hewan apalagi pasar sayuran. Lokasi ini adalah lokasi perdana kelas SCI. Letaknya hanya sekitar 100 meter dari asrama saya atau setara dengan 21 lagu kalau dinyanyikan sambil jalan kaki dan menari ballet. Oh ya, jumlah peserta SCI saat itu, 40-an lebih.

Sebelum pertemuan perdana di Sekolah Calon Ibu, kami sudah dimasukkan dalam grup bertuliskan “#SCI7“ untuk kemudian di briefing online sebelum sesi pertama tiba.
Beberapa hari sebelumnya, tepatnya tanggal 6 oktober, kami diminta untuk melakukan tes bakat. Seingat saya, asrama saya yang dulu (RK) sudah pernah memberikan assessment yang sama. Namun, pada akhirnya saya memilih untuk mengerjakan di pagi hari. Kalian bisa cek di temubakat.com
I didn’t know why I was so excited for joining these event. I had been waiting for one year!
Then, D-Day!
Judul pertemuan pertama kelas Sekolah Calon Ibu adalah My Life Journey.
It consist of three parts. Diantaranya;
- This is Me
- Me and My Self
- My Vision
Ketiga judul besar di atas adalah bentuk mengenali diri sendiri, atau dalam bahasa anak-anak Jaksel, “Self Discovery”.
Litterally belajar self discovery which is itu sangat membuat excited dan literally making us happy. #Alay
Saya datang pukul 07.48 WIB, lokasi masih sepi dengan beberapa banner sudah terpampang rapi di pinggir jalan. Saya melangkah gontai melipir ke perpustakaan kota Yogyakarta sembari menunggu rekan lainnya tiba.
Beberapa menit kemudian, saya kembali ke lokasi pertemuan.
08.00 WIB, Teh Deri selaku founder SCI membuka acara dan menyampaikan beberapa kata sambutan. Perkenalan singkat dianjutkan dengan pembagian kit, bermain game cengceripit, tepuk tangan, dan lainnya.

Sungguh pagi yang dihiasi banyak tawa, acara kemudian dilanjutkan saling berkenalan satu dengan yang lainnya.
Empat puluh menit sesudahnya, Teh Deri mengajak kami berdo’a dengan menekan salah satu titik di dada.
“Ya Rabb, kami bertemu untuk menuntut ilmu, sungguh kami manusia yang lemah, maka kuatkanlah kami, kami manusia yang bodoh, maka karuniakan keberkahan ilmu-Mu, ridhoilah kami di jalan-Mu, Aaamin.
Teteh mulai membacakan jadwal kegiatan kedepan, kami mendengarkan.
“Mbak, lisan yang bertanya dan hati yang berpikir, semoga rangkaian acara pada hari ini diberkahi ya”
Kamipun meng-Aamiin-kannya.
08.45-09.05 WIB, Panitia membacakan pembagian kelompok dan memberikan tiap-tiap kelompok 4 buah kertas warna-warni. Setiap kelompok diminta untuk berdiskusi dan menuliskannya di kertas tersebut.
Sekarang, kita akan memasuki sesi pertama.
Di slide tertulis, “Apa yang memotivasi kalian untuk menjadi Ibu Dahsyat yang terus memperbaiki diri?”
Bagian ini kemudian dikenal dengan discovery.
Perintah kedua, tiap kelompok berdiskusi tentang “Apa mimpi terbesar seorang Calon Ibu Dahsyat?”
Kelompok saya berdiskusi dan menyepakati sebuah mimpi, berikut bunyinya:
“Menjadi keluarga Dahsyat yang berakhlak mulia dengan Qur’an, peduli lingkungan, dan sukses dunia akhirat”
Mantul ga tuh?
09.15-09.45 WIB, kami diminta untuk membuat sebuah lagu yang didalamnya terdapat nama kelompok. Adapun nama kelompok adalah akronim dari benda-benda kesukaan kami.
Dannn…… nama kelompok saya adalah BERTUMBUH. Singkatan dari benda-benda kesukaan 10 orang anggota kelompok.
(Buku, bUnga, Qur’an, Jam Tangan, Hape, Tumblr)
Pusing ga kira-kira? Yasudah terima sadjaah….
Pertanyaan berikutnya yang tertera dilayar, “Apa yang anda lakukan mulai saat ini untuk mewujudkan semua mimpi menjadi Ibu Dahsyat yang selalu memperbaiki diri?”. Bagian ini dikenal dengan design.
Kami menuliskan kata demi kata, kemudian membubuhi tanda tangan tiap anggota kelompok.
Sebenarnya, pada tahap awal mengenal apa itu “Ibu Dahsyat”, ada 4 poin yang ditekankan kepada tiap peserta, yakni: Discovery, Dream, Design, dan Destiny.
Mengapa empat aspek itu harus jelas dan harus direncanakan? Ya karena menjadi Ibu Dahsyat tidak seperti mie kuah kari harga 3500, instant!
Everything is by design, by process, bukan by accident.
Begitu kira-kira ungkapan Mantan Direktur Rumah Kepemimpinan, Bang Bachtiar Firdaus.
Bahasa gawwll nya, Setiap anak berhak lahir dari rahim perempuan hebat yang telah merencanakan hal-hal hebat untuk dirinya.
Uwoowooo…. Very Nice to say but hard to do~
Pukul 10.15 WIB kami memasuki sesi dengan Mbak Fitria, yakni menemukan Misi menjadi Ibu Dahsyat.
Ibu Dahsyat itu, harus punya misi! Emangnya Snock Hugronje doang yang punya misi~
Mbak Fitria, kalau tidak salah adalah pegiat komunitas mengenal diri sendiri, saya lupa apa namanya. Nanti saya tanyakan lagi.
“Mbak, Stage of Life itu ada tiga”
Kami menyimak dan mencatat.
- Pleasant life, hidup yang untuk senang-senang.
- Good Life, Hidup yang bahagia lahir dan batin.
- Meaningful life, Hidup yang bermakna dan bermanfaat.
Pleasant life, (mungkin) hidup yang nimbun harta, lalu beli tas hermes selemari, sneakers warna-warni, ferari rasa vanili, siluman kerbau hampir mati, rumah di pinggir tebing breksi, jalan-jalan di Pegunungan Alpen naik moge sendiri, sampe masak telur ayam berdasi.
Good life, hidup yang bahagia lahir batin. Hidup yang seneng-seneng menurut versinya. Keliling Indonesia naik motor, nyebrang selat Bali pake betor, makan lontong tanpa telor, atau yang tiap hari nempel molor nempel molor.
Meaningful Life. Hidup yang didedikasian untuk orang lain, konteksnya kebermanfaatan.
Menetap di Waimital, jadi petani, jalan 20 kilometer setiap hari, mencangkul dibawah terik mentari, menyemai benih padi, panen besar untuk penduduk negeri. Dialah Kasim Arifin, anak IPB yang namanya diabadikan dalam puisi karya Taufik Ismail.
Kalau hari ini mungkin Mas Tyo (tyo_survival nama IG nya) yang benar-benar mencintai alam setulus hatinya bisa jadi contoh meaningful life.
Spreads happiness gitu yak….
Nah, coba sekarang kita tanyakan pada diri sendiri, sudah di tahap yang mana?
Selanjutnya, Mbak Fitria meminta kami untuk menuliskan kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Maka sayapun mulai menulis di buku catatan.
Kelebihan Rere, 1,2,3,….
“Coba angkat tangan yang kelebihannya diatas 15”. Kata Mbak Fitria.
Semua diam.
“Angkat tangan yang kelebihannya 10-15”
I was raised up my hand. And I was the only one, because It was eleven numbers. #KePDan banget emang
Beberapa dibawah 10, bahkan ada yang dibawah 5. Mungkin mereka bingung mau nulis apa.
“Oke, silahkan tulis kekurangan kalian”. Mbak Fitria melanjutkan.
Saya semakin bersemangat untuk menulis. Kekurangan, 1,2,3,…
“Okeh, sekarang simpan tulisan kekurangan dan kelebihan kalian. Semakin kalian mengenal diri kalian, maka kalian harusnya bisa menuliskan lebih banyak”.
Kira-kira begitu.
Selanjutnya, Mbak Fitria menjelaskan hubungan antara mengenal diri sendiri dengan apa yang berkorelasi dengan itu.
“Mbak, setiap manusia adalah bibit unggul”.
Kami mendengarkan.
Q.S Al-Mulk: 2, yg artinya:
"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun"
Q.S Al-Isra’ : 84
"Katakanlah (Muhammad), setiap orang berbuat sesuatu dengan pembawaannya masing-masing, Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya"
Ahsanu amala, amal yang baik dan benar.
"Mbak, Ketika manusia sudah mengetahui potensi unik dalam dirinya, maka ia dapat melaksanakan amal terbaik, dengan peran terbaik pula".
Weehhh……. Noted banget inimah.
Kalo katanya Soegeanto Tan, "People cannot find their missions until they know themselves"Selanjutnya kami dijelaskan tentang bakat.
Ciri-ciri bakat
- Natural dan spontan
- Berulag-ulang dan membuat ketagihan
- Cepat Unggul
- Produktif
Indikatornya dengan 4E
- Enjoy : Kita senang, suka, nyaman ketika menjalaninya
- Easy: Kita mudah mengerjakannya
- Excellent: Kita sangat baik dalam bidang tersebut
- Earn : Dari situ, kita menghasilkan sesuatu
Well, silahkan tanyakan ke diri sendiri, apakah bakat kita yang sesungguhnya?
Bisa cek di www.temubakat.com
Ah ya, perlu dibedakan mana bakat dan mana bidang.
Bakat Vs Bidang
Bidang: Bisnis
Bakat: Analyst, Design, Marketing
Bakat Vs Moral
Responsibility: Tanggung Jawab (pekerjaan)
Moral : Tidak tepat waktu
Bakat Vs Kompetensi
Bakat, bisa menjadi kompetensi
Kompetensi belum tentu bakat.
Sudah bingung sampai sini?
Soal bakat ini, pada hakikatnya kita perlu tahu kemampuan diri, lantas mengukur kemampuan tersebut, dan meningkatkan potensi yang ada.
Bahasa gampangnya, lejitkan kelebihan, siasati kekurangan.
13.00-13.20 WIB, waktunya Ishoma, dilanjutkan makan dan main game ringan.
Setelah raga kembali segar, perut kenyang dan inilah saatnya membuat Vision board.

Setiap peserta diminta untuk membawa perlengkapan seperti gunting, pensil warna, dan lainnya. Namun, panitia juga menyediakan perlengkapan seperti gunting, lem, majalah bekas, lalu lembar vision board.
Masing-masing dari kami sibuk mengguntingn dan menempel di vision board.
SEVEN AREAS OF LIFE.
- Career : Pekerjaan apa yang ingin dilakukan kedepan
- Financial : Perencanaan keuangan termasuk sumber pemasukannya
- Self Development : Peningkatan kapasitas diri
- Social : Hubungan dengan manusia lainnya
- Family : Ingin membentuk keluarga yang bagaimana
- Health : Ingin menjaga kesehatan dengan seperti apa
- Spiritual: Segala hal yang berhubungan dengan hati, iman, dan amal
Diakhir, dua orang presentasi.
Seingat saya, Mbak Tiyen dan Mbak Sintia yang maju.

Keduanya adalah anak pondok, yang satu calon hafidzah dan satunya adalah pegiat dakwah. Mbak Tiyen bilang, kalau Ayahnya sangat ingin anaknya menjadi hafidzah dan bisa membangun pondok tahfiz kemudian hari. Aamiin.
Melted banget mah. Kalo Mbak Sintia, saya lupa persisnya bagaimana.
Sisanya presentasi dikelompok masing-masing.
Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana kondisi kelompok saya karena sesungguhnya mereka sangat Masyaa Allah.
Dari mereka, saya menyadari bahwa pada akhirnya manusia harus menjalani segala proses perjalanan hidup, menyiapkan banyak hal, rencana-rencana yang akan datang.

0 comments