Sajak Untukmu


Oleh : Reni Anggraini

 



Setelah Sekian Lama

November adalah saksi dikala diri mulai tidak terkendali.

Hari-hari yang terasa sakti.

Adakah yang mau mengingat memori?

Bahwa tak adil adalah bekal sejak menginjak bumi


Nenek Pikun


Seorang nenek pikun yang sering meringis

Kadang tertawa, menjerit, diam, menangis

Namanya juga sudah sepuh

Urat-urat ingatan melepuh


Empat Anak Kecil Bisu


Anak-anak keci berlari kesana-kemari

Masuk rumah sana, masuk rumah sini

Mengambil ini itu, mengembalikan lagi

Ditarik, meronta,

Amarah

Anak-anak bisu yang melesu

Kulit lebam diukir pilu

Yang putus : Urat malu.


Pemberontak Cantik

Boleh saja semua orang sejagat mengakui

Tubuh mungil, hidung mancung, mata dalam, wajah oval, kulit sawo matang, cantik hakiki

Diam diam, memendam

Hari-hari meredam

Cantikku adalah obsesi

Hatiku adalah belati

Diriku adalah tulang membangkai

Yang benar saja, cinta menjadi amat bodoh untuk dirangkai


Pemuda Penghancur Lebur

 
Puluhan orang menggerombol,

Raga yang terbobol

Tarik sana,

Mengapa semua menjadi amat jahat untuk dunia

Kurung, kamar gelap

Sepi senyap

Tawa tergagap

Mendobrak dobrak

Lalu semua rusak


Diam yang Ringkih

Jahil, menjawil

Mengemis perhatian

Meminta seangguk jawaban

Membungkam kemerdekaan suara

Bicara tanpa kata

Tatapan penuh makna

Resonansi kita melawan

Untuk diskusi tajam sekedip tatapan

Diam adalah bicara

Bicara tanpa aksara

Seperti zaman prasejarah


Sebuah malam penuh Kalut

Menggagap buta hatimu,

Dalam gelap seonggok tubuh melewatimu

Deg.

Jantungmu enggan berlalu

Memilih mati dalam sendu


Makan Tak Makan


Sesendok, setangkup,

Mangkuk yang meletup

Nasi sebiji, sayur secukup

Mati saja cukup!


Aku tak Bisa Berpikir

Aku tau, tidak, oh tidak

Aku tak tau

Aku bertanya, aku mau tau

Aku tau, lalu kutanya lagi,

Aku tau, tidak, mau tau,

Apa yang kupikir? Tidak tau.


Kiriman yang kau sebut Cinta

Kata orang cinta adalah perjuangan

Kata orang cinta adalah pengorbanan

Kata orang.

Kataku, cinta adalah kejahatan.


Celotehku yang tak kau mengerti

Menyibak rindu adalah nafsu

Menggapai asa  teramat pilu

Riwayatku riwayatmu

Berpendar menjadi satu

Cerita-cerita kelam yang ringkih

Hilang penuh sesak memori

Tuhan, apalagi ini?

Janjiku adalah duri.

Omong kosong yang tidak engkau mengerti


Cinta Ditolak, Dukun Bertindak

Kalau cinta memang harus menjadi nista, maka jadilah

Kalau sayang adalah soal ikatan,

Maka ikatan akan rapuh seiring ia menghilang

Jika penolakan ibarat pedang menghunus

Maka penyiksaan oleh makhluk harus putus

Mengapa raga rakus

Oleh cinta yang lebur pupus


Orang-orang Jahat yang menyebutku ‘Gila’

Mereka adalah pencibir handal

Menguapkan rasa yang semestinya tak diumbar

Mereka adalah onak yang tak paham sejarah

Menganggap urusan ini drama belaka

Mereka menjadi amat bangga atas setiap kata

“Orang Gila, Orang Gila, Orang gila”

Perlu kuberi tahu siapa yang gila?

Orang-orang yang mencinta.


Bunuh Aku saja

Kulitku melepuh oleh jarum suntik yang sudah berpuluh

Lebam, lembek, seperti baru gaduh

Mataku memancar isyarat masa lalu

Aromaku adalah amarah kuburku

Yang pergi biarlah berlalu

Yang datang adalah pasti, kepastian semu

Jika engkau tak tahan

Maka biarlah, bunuh saja

Diriku!

 

You Might Also Like

0 comments