[ SURAT CINTA UNTUK TUHAN ]

 

10a60-kamelia2b1

Terlahir sebagai seorang anak dari desa di ujung pulau nan jauh disana, tak terdeteksi Google maps Karena ia lebih seperti kota mati. Peradaban manusia memudar sirna pasca perang 15 tahun lalu.

Namun percayalah, Luka itu bahkan masih menganga  pada detik yg sama ketika tulisan ini di buat.

Ah, kenapa harus merisaukan masa lalu?

Bukankah masa lalu menjadi pembelajaran untuk hari ini dan esok yang lebih baik?

Come on, whatever happened, life must be go on kan?

Baiklah, tulisan ini hanya ungkapan sebutir debu yg keberadaannya tak terlihat.  Bak senyawa di pinggiran jurang yg gelap, kecil dekil tertutupi bebatuan.

Begini, saya memang bukan Soe Hok Gie yg di usia 17 Tahun telah menghujam penjajah dengan tulisan2 nya. Saya juga bukan Muhammad Al-Fatih, yg 21 tahun 2 Bulan telah menaklukkan Konstantinopel. Saya pun bukan Yahya Ayyas, Izzudin AL Qasam, Ahmad Al Jabari, atau Rantisi yg memiliki garis "perjuangan heroik" hingga di rekam sejarah sampai detik ini.

Saya sadar Betul, Saya masih harus belajar Bersahaja seperti Muhammad Natsir, Belajar Servant seperti Sultan Hamengkubewono IX, Belajar Orasi Seperti Bung Karno, dan diplomasi seperti Agus Salim.

Saya juga harus memahami "Uncomfortable Zone" para pemimpin seperti Ernesto Guevara, atau Marcus Tullius Cicero, atau mungkin Tjipto Mangunkusumo.

Gaya kepemimpinan Seperti Ummar Bin Khattab, Khalid bin Walid, Thariq bin Ziyad, Usamah, Abdurrahman bin Auf, atau Mahatma Gandhi, adalah hal yg harus saya jadi kan teladan.

Begitu, kan?

Perjuangan saya memang belum ada apa2 nya. Tak sekeras Malala dalam misi perdamaian nya, Tak Sekokoh Bung Tomo mempertaruhkan arek2 Suroboyo, Tak seprogresif Nelson Mandela dari politik Apartheid yang menghantui  Africa Selatan.

Keberanian saya juga Tak se-memukau Umar Bin Abdul Aziz, Harry Truman, Gorbachev, Bambang Widjajanto, atau Novel Baswedan.

They are Braveman :) How about me?

Pramoedya Ananda Toer pernah bertutur "orang2 luar biasa lahir dari situasi dan kondisi yg luar biasa"

Kalau Abi pernah bilang " Pelaut ulung tak lahir dari Laut yg tenang, jadi lah survive anak2 ku"

Begitulah, ketika hidup adalah ruang tunggu episode Ujian demi ujian.  Kemudian Menjelma tuk meninggikan pemahaman, kesabaran, dan keikhlasan. Lantas apakah kita telah layak naik kelas usai ujian silih berganti datang tanpa permisi?

Terlepas dari itu, hal yang perlu di garis bawahi selain menikmati ujian adalah, mempertanyakan diri sendiri, bukan?

About What? Giant Vission Exactly. Vission Conquers All. iya kah?

Masih ingat pertanyaan, "kalau kamu meninggal, kamu ingin dikenal sebagai sosok yang seperti apa?"

"Yang bermanfaat bagi khalayak kah? yang peran nya Amat besar kah? yang menjadi garda terdepan perubahan kah?"

Bukan soal populer kan? Karena hal yg lebih berharga adalah soal Kebenaran.
 
Lagi, Visi.

Kalau kata Ustadz, "Ketika Satu Visi, Insyaa Allah satu Cinta" (ehem)

I have a dream. And you should be

Seperti Mereka..

Martin Luther yg gagap, menolak untuk jadi takluk oleh kelemahannya. Ia lantas dinobatkan sebagai politisi brilliant atas pidatonya yg hanya 17 Menit.  Handry Satriago menantang Kekurangan nya, kemudian berdiri gagah sebagai CEO GE Indonesia. Rosalinda Delin, Kokoh memperjuangkan penghapusan Hasai Hai, ia lantas tersenyum anggun menjajaki Penghargaan "Bukan bidan Biasa"
 
Visi. Kemauan. Tekad. adalah modal yang harus dikantongi terlebih dahulu.

Say out Loud your vision, Be brave..

Selanjutnya, Kepemimpinan. Nabi Muhammad yg dinobatkan sebagai sosok No 1 dalam buku 100 Manusia paling berpengaruh di dunia, Kisah Musa dan Khidir, Sulaiman,

Lagi, saya tegaskan bahwa saya adalah perempuan biasa. yang kata teman2 saya hidup nya penuh drama. 
 
Ah tak apa, Come on.. Wake Up Girl

"Kalau solat adalah tiang agama, maka perempuan adalah tiang negara"

Saya memang belum seperti Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti, MenLu Retno Marsudi, Menkes Nila Moeloek, Menteri 3P Yohana Yembise, Yosmina Topilatu, Yusniar Amara, Rosa Dahlia, Sely Martini,

atau.. Lasminingrat, Merkel, Dan Para ibu hebat seperti Ibunya Tjokro, Ibunya Tan Malaka, Ibunya Hamka. .

Ah... apakah saya boleh seperti Bu Risma walikota Surabaya yg Fenomenal, Bupati Grobogan Sri Sumarni, Bupati Kendal Mira annisa, Atau seperti Bu Sri Mulyani yang Tersohor itu?

Akankah saya, The next Bupati Langkat 2028 ? Yang (semoga) bisa mewakafkan diri untuk masyarakat,

*Ketika begitu banyak orang terdekat yg menentangnya. Ketika tampaknya akan begitu berliku jalan yg akan di tempuh.

(High Risk)

Maka, hanya orang2 yang berani lah yg Akan menempuhnya. Ini soal ummat kan?

Lagi, Terlepas dari itu semua..

Tulisan ini adalah secuil curahan hati untuk ungkapan Terima kasih. Ungkapan Cinta.

Bahwa saya bersyukur Lahir dalam Kondisi terpuruknya ekonomi Indonesia, inflasi hingga 300%, order baru mulai runtuh, Tumbuh dalam masa konflik panas dan masa perang yg merampas kebahagiaan, harta, nyawa dan harapan. Menjelang remaja di desa yang syahdu, menggembala kambing, mencari keong disawah, menanam padi, berenang disungai, mengarit rumput, atau sekedar Bermain layangan seusai panen.  Semakin tumbuh dengan atmosfer asrama yg nyaman, sekolah unggulan full scholarship, pulang setahun sekali. Kuliah di univ pilihan Allah, bertemu orang2 baik, berada di lingkungan yg insyaa Allah baik,  dan di sayang oleh mereka. (Meski saya masih terlalu hina )

Beranjak dewasa, Semakin memahami bahwa Allah sang Pemberi Skenario terindah.

Pisah 13 tahun dengan Bapak, 7 tahun dengan ibu, kakak, dan adik, adalah serpihan drama yang memaksa untuk jadi Mandiri. se tidak nya begitu.

"Kalau mau menikmati indahnya pelangi, maka harus merasakan dinginnya hujan"

Allah, Thanks for all all all all...

Saya yakin, Skenario yang Allah beri pada kalian (yg membaca tulisan ini) juga Amat sangat indah. Ya kan?

Karena hidup adalah tentang "BERSABAR DAN BERSYUKUR"

Let's Face your future with beautiful smile

Reni Anggraini

2 September 2017

(ditulis dalam kondisi demam tinggi dan bedrest)
08.46 WIB

*masih di Indonesia

 

You Might Also Like

0 comments