Financial Management; Mulai aja Dulu!
Bismillah.
Saya tidak tahu harus menceritakan perihal manajemen keuangan ini dari sudut yang seperti apa, dan dari awalan yang bagaimana.
I am not expert on it, I just enjoy sharing by my own.
Saya akan sedikit berbagi pengalaman tentang financial management. Kalau temen-temen mencari apa definisi Financial Management, (Menurut Mbah Google) definisinya kurang lebih sama,Is the process of keeping an organization running afficiently within its allotted budget.
Cakupannya
- Procurement of funds
- Allocation of funds
- Monitoring their use in the interest of accountability
- Producing financial reports for the relevant stakeholders
Bingung? Enggak lah yaa…
Well, Kira-kira akhir tahun 2016 lalu, seingat saya bulan Agustus. Saya tidak tahu itu musim durian atau musim rambutan, tapi yang jelas bukan musim mangga.
Diawali dari pertanyaan “Uangku kemana aja ya? Makanku habis berapa? Kok tiba-tiba uangku segini? “Eh, uang beasiswaku dipake buat apa aja ya?”
Lalu saya berpikir, “Aku harus buat pencatatan keuangan yang jelas, detail, dan rigid”.
Maka mulailah saya mengikhtiarkan diri untuk istiqomah melakukannya.
Yaaa Lord, Its gonna be hard.
Pertama-tama agak aneh, lama-lama jadi terbiasa. Mungkin karena rasa penasaran yang mengalahkan rasa gengsi. Heuheu.People said, it’s not about your ability. It’s about your …..
Selama tahun 2016, saya menulis laporan keuangan tidak serta merta secara keseluruhan. Kadang lupa, bahkan ketika tulisan ini diketik, saya juga masih sering lupa.Namun, saya bisa memberi setidaknya 1-10% untuk rasio kesalahannya.
Etttt daaahhh sok-sokan ilmiah.
Well, manajemen keuangan ini banyak sekali faktor asal-muasalnya. Mulai dari kondisi keuangan yang sedang mengkhawatirkan, rasa kesadaran yang tinggi, punya target jangka panjang, kepepet, atau hanya iseng.Njuk, saya yang mana?
Hemmm… yang mana ya?
Silahkan simak sampai selesai.
Januari, 2017.Kondisi keluarga sedang banyak ujian, kakak pertama sakit dan membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit, Adek juga sedang sekolah (SMA), sementara saya masih kuliah. Waktu itu, Bapak sempat menyembunyikan banyak hal dari saya, sampai kemudian saya menyadari dan berpikir bahwa saya harus mengalah dan berjuang lebih untuk kebaikan bersama. Membantu Bapak dan me-mandiri-kan diri sendiri dari sisi keuangan.
“Pak, mulai hari ini aku ndak usah dikirimin uang lagi. Aku kan masih ada beasiswa, masih bisa ngatur keuangan pribadiku. Bapak ndak perlu khawatir, nanti aku kerja tambahan”.
Bapak mendengarkan, sesekali memberi masukan, juga menolak.The strongest souls choose the hardest lives.
Saya bersikukuh.
Tapi Bapak adalah Bapak, yang merasa punya tanggung jawab terhadap puterinya.
Duh, jadi sedih.
Apalagi kalau momen lebaran, dan saya kembali ke Langkat. Agenda sebelum pamit balik ke Jogja adalah cuci kaki Mamak dan Bapak.
“Maaf ya, Bapak belum bisa jadi Bapak yang baik, yang memenuhi semua kebutuhanmu”
(Sambil ngusap kaki sambil gemeteran sambil nangis deress tak bersuara)
Itulah momen paling sedih, paling bisa menyentuh hati sampai relung terdalam. Nyeuuuseeekk…
Kalo inget lagi kejadian itu merasa beneran ada di posisi terendah, lemah, tanpa daya upaya.
Kalo bukan karena Allah, tulisan ini tidak akan pernah ada. Bahkan si empunya tulisanpun hanya akan menjadi ranting kering kerontang yang terguling berserakan diterpa badai.
*Mulai Hiperbola
Oukeh, kembali ke laptop.
Saya akan ceritakan spot pembagian uang yang masuk, atau bahasa Sweden nya, Cashflow!
Pertama-tama, mari memahami konsep rejeki yang diberikan Allah. Bahwa rejeki setiap orang sudah ditakar dan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan skenario Allah. Kalau kata Ustadz Adi Hidayat, tidaklah mati seorang hamba, sebelum semua rejekinya diberikan.
So interesting, ya?
Prinsip saya, bukan soal banyak atau sedikit jumlah uang yang kita punya, melainkan seberapa bermanfaat uang tersebut.Eh sek sek….. sampe kelupaan, rejeki bukan hanya soal uang lho yaa…, kesehatan, teman yang solih-solihah, tempat tinggal yang nyaman dan aman, akses yang mudah, universitas yang bagus, itu semua termasuk rejeki.
Alright, pembagian arus keuangan yang saya lakukan di tahun 2017 adalah sebagai berikut:
- Sedekah
- Makan sehari-hari
- Belanja Bulanan (sabun, sikat gigi, detergen, dll)
- Jajan diluar
- Lifestyle (baju, kerudung, kaos kaki)
- Paketan Data (Hape, internet, laptop)
- Sosial (berkaitan dengan orang-orang)
- Beli Buku
- BBM
- Transportasi (dalam dan luar negeri)
- Kebutuhan Kuliah (FC, Jilid, laptop, dll)
- Pengeluaran Tak Terduga
- Tabungan
- Motor (Service, ganti oli, cuci motor, dll)
- Investasi (Seminar, Kajian, event )
- Hobby dan Refreshing (Travelling, naik gunung, nonton)
- Laundry baju
- Kesehatan (Vitamin, obat-obatan)
- Lain-Lain (parkir motor)
Mungkin sebagian akan berpikir, “Kok laundry baju? Kamu kan cewek, nyuci baju sendiri lah!”
Yes, I did.
Laundry di spot tersebut untuk baju tertentu yang emang dibutuhkan cepat, dan punya perawatan tersendiri.“Kok cuma list aja, kagak ada persentase dan angkanya?”
Yaiyalah, kan baru pembagian, belum sampai persentase dan kawan-kawannya.
Mbok sabar to Maemunah.
Diagram rata-rata pengeluaran pribadi tahun 2017[/caption]Ketika melihat diagram pie diatas, apakah sudah mulai merasa pusing? Mual? Muntah? Perasaan bingung? Ingin tidur? Mimisan?
Kalau iya, segeralah ke warung makan terdekat, mungkin anda lapar. Hehe.
Saya mengambil secuil data pengeluaran untuk makan, BBM, kuliah, sosial, dan hobby. Diagram ini mampu menampilkan persentase yang lebih mudah untuk dipahami. Namun percayalah bahwa diagram ini hanya diambil secara random untuk memudahkan pembaca dalam membayangkannya. Angkanya tidak pasti begitu, nanti akan saya jelaskan lebih lanjut.
Rata-rata pengeluaran saya selama enam bulan (Juli-Agustus-September-Oktober-November-Desember) tahun 2017 selama di Yogyakarta adalah Rp. 2.840.751
Sebagai anak perantauan, jumlah ini termasuk kedalam jumlah yang cukup besar.
Mengapa demikian? Upah Minimum wilayah Jogja adalah 1.5 juta, artinya biaya rata-rata hidup saya diatas UMR Jogja.
Bangga? Ya enggaklah!
Lantas, bagaimana rincian yang sebenarnya? Mari pelajari diagram berikut.
Diagram persentase arus pengeluaran tahun 2017Bagaimana? Riwehhh yaa…
Kira-kira begitu persentasenya, nanti kalau mau minta versi lengkap silahkan DM IG.
Baiklah, lanjut ke tahun 2018.
Tahun 2018 adalah tahun dimana pengeluaran saya tidak begitu banyak, namun lebih tersebar ke banyak aspek. Kalau tahun 2017 tidak ada pengeluaran untuk bayar asrama (saat itu di asrama RK gratis) sedangkan tahun 2018 saya pindah asrama dan membayar uang asrama tiap bulan.
Untuk pembagian spot pengeluaran, kurang lebih sama dengan tahun 2017.
[caption id="attachment_654" align="aligncenter" width="476"]
Apakah ada kenaikan persentase di tiap spot dan pada total seluruh pengeluaran?
Pertanyaan pertama adalah rahasia perusahaan, pertanyaan kedua jawabannya, tidak.
Rata-rata pengeluaran selama Januari-Desember 2018 adalah sebesar Rp.1.651.775
Turun lumayan jauh, kan?
Sebelum melebar keman-mana, perlu saya jelaskan lebih dahulu perihal pembagian spot cashflow-inflow versi sederhana ini.Kira-kira pertanyaannya begini, saya tim mencatat lalu menemukan angka atau tim menentukan angka lalu mencatat? Jawabannya, yang pertama.
Saya tim mengumpulkan nota atau mengumpulkan ingatan?
Jawabannya, juga yang pertama.
Saya tim menikahi orang yang dicintai atau mencintai orang yang dinikahi?
Jawabannya…
*Gausah kepoooo dehhh
*Apaan ih ga jelas banget
Hehe, fokus fokus.
Kalau teman-teman perhatikan, pembagian yang saya lakukan semata-mata tidak hanya bertujuan sebagai “pengaturan aliran uang” melainkan ada begitu banyak hal yang sedang saya pelajari. Setelah menerima gaji (ceileh gaji), yang harus dilakukan pertama kali adalah bersedekah, membagikan sedikit rejeki kepada mereka yang kurang beruntung di luar sana. Kalau tidak bersedekah ke orang lain? Ya silahkan kalau mau mengirimi orang tua atau keluarga, diniatkan sebagai bentuk sedekah.Ra usah pelit ama uang, Allah yang ngasih aja gak pelit kok.
*ngomong ama diri sendiri
Nomor dua adalah makan, tentu saja ini kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. “Makan” inipun tidak sembarangan makan, setelah saya hitung-hitung, masak sendiri lebih hemat dan lebih sehat. Saya sendiri belum lama menerapkan agenda belanja ke pasar untuk membeli bahan baku makanan sehari-hari. Selain menjadi mengerti jenis-jenis bumbu, saya menjadi tahu fluktuatifnya harga bahan pangan, lantas akumulasi dari semua ini menjadikan saya seorang oposisi.Yes, I am an oposan!
Ada sesi khusus soal ini. Pan-kapan yak.Selanjutnya adalah belanja bulanan, you know gaes saya ini perempuan yang harus merawat segala titipan dari Allah. Belanja bulanan adalah kebutuhan diluar makan, namun digunakan sehari-hari. Example; Sampo, sabun mandi, sabun cuci muka, pasta gigi, sikat gigi, lotion, foundation, bedak, sun screen, hena kuku, lulur badan, dan kawan-kawannya.
Next, jajan diluar maksudnya ngemil diluar, makan cilok, seblak, es dawet.
Denda dan bayar asrama masuk kedalam kebutuhan pokok, yakni tempat tinggal.
Lifestyle, misalnya beli baju, kerudung, cadar, merupakan hal lumrah bagi perempuan, dan inipun termasuk kedalam kebutuhan pokok, yakni sandang. Paketan data atau paket internet, era revolusi industry 4.0 yang basic nya adalah Internet of Things, gadget beserta kawan-kawannya sudah masuk kedalam kebutuhan pokok, bukan lagi sekunder tapi primer.
Siapa yang bisa hidup tanpa gadget, wifi, dan internet?
Suku pedalaman Papua, suku pedalaman Jambi, yang tidak pakai baju dan tidak mengerti apa itu gadget.
Siapa yang mau menjadi bagian dari suku Pedalaman Papua? Ya mereka sendiri.
Sebagian dari kita mungkin mau juga. Really?
Selanjutnya, sosial. Ranah ini tidak begitu urgent, tapi penting sebagai media pengasahan hati. Ranah sosial ini melingkupi sesuatu yang berkaitan dengan hubungan kita dengan orang lain, misalnya mentraktir temen makan diluar, charity, ngelarisin jualan temen, beliin hadiah terus ngasih diem-diem, dan lain-lain.
Habluminallah habluminnannas
Beli Buku. Bagi sebagian orang yang membiasakan diri untuk membaca dan belajar banyak hal selain subjek atau bidang studi yang digelutinya, maka beli buku tiap bulan secara rutin adalah suatu kewajiban yang peru dipenuhi. Kalau saya sendiri, kadang beli kadang juga tidak. Faktanya, indeks orang yang membaca buku di Indonesia hanya 0.001 atau bisa dikatakan, jika ada 1000 orang maka hanya 1 orang yang membaca buku. Hal ini tentu saja kontradiktif dengan bazar buku yang selalu ramai, big bad wolf yang hadir dikota-kota diwarnai riuh gemuruh manusia. Apakah manusia-manusia ini hanya suka membeli tapi tidak suka membaca?Eh maksudnya manusia di Indonesia.
Oukeeh… lanjut.
BBM. Perlu saya beritahukan bahwa saya punya motor yang selalu saya pakai untuk mobilitas domestik. Bahan bakar yang saya gunakan adalah pertamax. Secara harga memang lebih mahal daripada premium, namun nilai ekonomisnya yang menjadi pertimbangan. Tidak mengandung timbal, rantai karbon lebih panjang, ramah lingkungan, ramah mesin, dan lain-lainnya.
*berasa sotoy gitu
Transportasi. Tahun 2017 saya pernah ke luar negeri satu kali, tahun 2018 juga satu kali. Keluar kota beberapa kali, solo travelling apalagi. Tapi jangan mengira bahwa saya punya alokasi dana khusus, tidak sepenuhnya salah, namun tidak sepeuhnya benar.
Tipikal travelling low budget yang siap menggelandang dimana saja menjadi pilihan terbaik bagi kami-kami ini yang kantongnya dangkal. But, sarat makna.
Oh ya, kesalahan terbesar saya di tahun 2017 dan 2018 adalah saya belum menabung. Sungguh ini kesalahan fatal yang tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Jangan ditiru! Beneran Jangan ditiru!
Investasi. Kalau boleh jujur, investasi disini berkenaan dengan hal yang sifatnya absurd. Bukan investasi emas, melainkan investasi leher keatas.Investasi kepala, amunisi untuk otak.
Self Improvement. Self Development.
Tidak perlu mahal, namun berkualitas dan mampu meningkatkan kapasitas serta kapabilitas diri. Misalnya seminar, kajian, kelas wirausaha, les bahasa asing, dan lain sebagainya.Untuk hal lain seperti kesehatan, parkir, uang tidak terduga, silahkan dipahami sebagaimana pemahaman pada umumnya. Kalau dijelaskan disini, saya khawatir akan menjadi novel yang panjang dan membosankan.
Saya tidak mau kalian tercebur dalam tulisan-tulisan saya, lalu setiap hari kepo dengan kehidupan saya #KePDanBangetDiriku
Hehe, abaikan.
“Btw aniwe cakwe, lalu gimana kalau belum punya catatan keuangan?”
“Segeralah membuat, mulailah sedini mungkin sebelum terlambat”.
Kalau cashflow kita berantakan, bisa jadi kita butuh cashflow therapy. Apakah kemudian kita butuh untuk meng-hire adviser supaya jadi personal trainer yang meng-educate diri kta sampai bisa melakukannya, bahkan sampai bisa punya emergency fund (dana darurat).
Tergantung kondisi, emosi, hati, dan mentari. *ngomong apa
Eh seriusan, ini bener-bener tergantung banyak aspek. Kalau dirasa perlu, do it !Soal emergency fund tadi, atau bahasa gawwl-nya dana darurat. Jujur saja, yang menulis tulisan inipun belum sepenuhnya lulus pada bagian memiliki emergency fund yang cukup. Apakah Setya Novanto, Gonawan Muhammad, Uya Kuya, Atta Halilintar, Luhut Binsar Pandjaitan punya emergency fund? Ya mene ketehe. Tanya aja ama mereka.
Njuk, emergency fund (dana darurat) dibuat berdasarkan outcome tiap orang?
Hadeeeh, saya lagi ndak mau bahas soal income outcome, komposisi asset liquid konservatif yang melebihi nilai asset, resiko inflasi dan krisis, get some return, controlling our money from resesi.
Enggak, saya nggak akan ngomongin itu. Saya hanya membagikan apa yang saya tahu, sekaligus mengajak kalian para pembaca untuk memperbaiki kondisi cashflow pribadi.
Apakah ada kemungkinan untuk menulis tentang analisis ekonomi global, makro, industry, trend sektor perusahaan, keuangan perusahaan, trendsetter ekonomi syari'ah, arah baru ekonomi islam di Indonesia?
Jawabannya, enggak tau. Kalau analisis keuangan skala rumah tangga, bisa jadi iya. Nanti tapi, kalo udah niqaaaah.
“Beb, uang yang aku kasih masih ada?”
“Habis”
“Kemana aja?”
“Bayar uang sekolah anak-anak, bayar arisan, bayar pondok, sedekah, nabung, kirimin emak bapak, kondangan, facial, spa, beli gamis, dll. Persentasenya segini, surplus segini, total tabungan segini, kenaikan segini, asset kita segini, kurang di bagian ini, evaluasinya ini dan ini”
Lalu suami ngangguk-ngangguk. #Ngayal
(Kalau Allah mengizinkan untuk ada di fase itu, Alhamdulillah. Siapa yang tau kalo maut lebih dulu menjemput)
Astagfirullah, jauh amat deh Re…. let's go back to our topic.
Sekarang mari membahas tahun 2019. Tahun yang sungguh mendebarkan.
Tahun 2019, data yang saya sajikan diatas adalah bulan Januari-Juli. Sementara bulan Agustus, September dan Oktober 2019 belum saya rekap. Adapun rata-rata pengeluaran selama bulan Januari-Juli 2019 sebesar Rp. 1.640.428,57
Cenderung stabil jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Em.... apakah diagram dan prosesi menganalisa data pribadi ini memiliki dampak signifikan terhadap konstruksi pemikiran mengenai keuangan?
Absolutetly, YES.
Apakah dengan memahami pemasukan dan pengeluaran pribadi membuat kamu menjadi hedon?Absolutely, NO!
Hemat banget itu enggak baik, hedon banget juga enggak baik. Berada ditengah-tengah adalah pilihan yang bijak.Ada yang nanya, naikin asset atau turunin standar hidup? Paralel aja gimana? Naikin gaya hidup, naikin tabungan akhirat, juga naikin asset investasi.
Dalam kondisi inipun, setiap manusia memiliki perbedaan cara pandang dalam hal asset-investasi dan jajarannya.
Balik lagi ke awal, ada orang yang sadar akan kondisi keuangannya, ada yang mengerti soal risk profile, rasio likuiditas, komposisi asset, portofolio, pengambilan keputusan saham-obligasi secara cepat, bahkan ada yang diam melompong menjalani kehidupan bagai ranting yang terbawa arus.
Damai, mengalur menderai, lalu potek-potek kepentok batu besar.
Na'as!
Pengen sarkas tapi takut dosa.
Well, menurut Zap Finance, alokasi ideal untuk penghasilan bulanan adalah;Sosial 5%, Dana darurat dan asuransi 10%, biaya hidup dan cicilan 60%, tabungan dan investasi 15%, dan gaya hidup 10%.
Kalau mau lebih banyak spotnya (masih menurut Zap Finance),
- Zakat, Sedekah dan Sosial 5%
- Dana darurat 5%
- Premi Asuransi 5%
- Biaya hidup bulanan dan cicilan 60%
- Nabung pembelian besar 5%
- Investasi masa depan 10%
- Gaya hidup dan hiburan 10%
Lantas bagaimana dengan yang masih kosongan bahkan (benar-benar) tidak peduli dengan kondisi 'manajemen keuangan' ini?
Saya menyarankan untuk memulainya saat ini, dari hal yang paling sederhana. Berikut tipsnya;
- Belilah buku kas untuk mencatat pengeluaran sehari-hari
- Kumpulkan nota dan istiqomahlah untuk menulis
- Lakukan rekap data setiap bulan
- Pelajari hasil dari data yang diperoleh
- Atur persentase tiap spot dan konsistenlah
Tambahan lagi, siklusnya mungkin akan menjadi penting untuk diingat. hehe.
Siklus :
Perencanaan keuangan- Terima Gaji- Bagi sesuai pos- Bayar tagihan bulanan- transfer otomatis ke rekening dana darurat- transfer ke rekening investasi- ambil uang tunai- isi uang elektronik- hiburan.Emangnya, manajemen sederhana seperti ini hanya milik kaum perempuan? secara mutlak, tentu saja tidak. Laki-laki harus punya manajemen seperti ini (juga).
Atau, perencanaan keuangan- terima gaji- bagi sesuai pos- sedekah - dan seterusnya.
Why???
Lah kalo mau meminang si dia dalam kurun waktu 1 tahun, apakah tidak butuh dana (tabungan)? Kecuali..... meminangnya dengan surah Al-Baqarah. Ini lain cerita.Yeee,,,, emangnya menikahi dia gabutuh dana? Bukannya laki-laki selalu ingin dianggap settle, mapan, bergaining position-nya baik, punya kekuasaan, power, dan sebagainya dimata orang lain?
Maka, tanggung jawab untuk "me-memanajemen keuangan pribadi" bagi pihak laki-laki dan perempuan adalah sama, setara, yakni mendekati wajib.
*Mau tarik nafas dulu
To, semua akhwat (juga ikhwan) yang baca, dimanapun kalian berada. Please....
Cobalah untuk menikmati fase read-observe-try-ask-read-try-reaserch-try-dicuss-try-conclusion.
Agar kelak kita bisa tau diri kita sendiri, knowing our self very well.
Kalau kita bisa mengenali diri kita dengan baik, Insyaa Allah kita juga bisa mengenali Sang Pencipta dengan baik (pula).
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Rere, perempuan biasa.
Perpustakaan Fakultas Peternakan UGM, November 2019.

2 comments
Terimakasih untuk tetap menulis, Re.
BalasHapusNggih, sama-sama. Semoga Bermanfaat.
BalasHapus