Menemukan Teman Berjuang
[
Gambar 1 : Undangan Pernikahan
Tulisan ini selain sebagai sebuah kado, juga ditujukan untuk memberikan pembelajaran kepada diri saya sendiri, beserta orang-orang yang membaca tulisan ini.
Tidak ada yang benar-benar berbeda dari sore ini, Jogja masih bernuansa nyaman, langit selalu indah. Kalaupun memang terasa berbeda, mungkin karena ada dua orang sahabat yang mampir dan mengajak diskusi strategis.
Baiklah, sore ini saya akan bercerita tentang sahabat saya, yang fotonya terbingkai rapi di atas meja belajar.
Beberapa hari yang lalu, sahabat telah melangsungkan pernikahan. Pihak perempuan adalah sahabat saya diasrama, sementara pihak laki-laki adalah manajer asrama sekaligus Ketua BEM KM UGM 2017.
Demi mendapatkan pesan dan bekal untuk diri sendiri dan orang lain, saya akhirnya mewawancarai secara ekslusif kedua belah pihak.
Pihak perempuan saya wawancarai 3 hari sebelum resepsi, sementara pihak laki-laki saya wawancarai dihari H resepsi.
Begini hasil wawancara kami.
R: Bismillah, Yara mungkin bisa cerita awal mula pertemuan, tanggal, persiapan menuju hari H, halangan dan rintangannya, dilema naik turun, dan hal lainnya.
Y: Bismillah ya, jadi kami tatap muka dan ngobrol pertama kali ketika Mas nya melobi saya untuk jadi salah satu menteri di BEM KM UGM periode 2017. Waktu itu kami ngobrol bareng Wakabiro dan temen-temen lainnya di gelanggang mahasiswa.
Saya menerima tawaran beliau, dari situ kita mulai saling tahu. Selama setahun berjalan, mungkin kami saling mengagumi dalam diam. Tidak terungkapkan. Saya merasa bahwa akhlak dan kehidupannya luar biasa. Saya melihat ketulusan, perjuangan, kerja keras, yang sesungguhnya sangat berbeda dengan kehidupan saya yang terkesan ‘enak’. Saya tahu betul bahwa dia berjuang dari bawah, dari nol, dan itu luar biasa bagi saya.
Diakhir masa kepengurusan, muncullah tanda-tanda. Mas nya sudah melewati proses yang sangat panjang, pergi kesuatu tempat, dan lain-lain. Waktu itu, di Kafetaria, kalau tidak salah itu masa kongres, ada banyak anak-anak BEM yang lain, sambil menunduk dia bilang kalau dia mau serius.
Sungguh, selama dinamika ini, kami tidak pernah ngobrol berduaan, berhadapan, bertatapan, kami berusaha untuk menjaga dan terjaga. Waktu itu saya bertanya-tanya apa maksudnya mau serius? Ternyata jawabannya adalah mau serius untuk menikahi.
Sebenarnya, kalau serius ya silahkan datang kerumah, ketemu orang tua.
Masnya waktu itu ngebut skripsi untuk bisa sidang. Supaya bisa segera kerumah.
Waktu itu, H+1 ulang tahun saya, dia datang kerumah. Waktu itu adalah hari tergantengnya selama saya mengenal dia. Dia datang sendiri, mengetuk pintu rumah.
Kalau kata mama saya, intinya dia bilang begini “Bu, Pak, saya ada rasa sama anak Bapak Ibu, bolehkan saya melamar?”
Terus mama menjawab “Memangnya sudah mantap dan yakin sama Yara” diapun menjawab, “Insyaa Allah mantap”.
Mereka berbincang dari jam 1 sampai jam 4 sore. Terus diakhir dia nanya lagi, “Jadi bagaimana Buk, Pak, boleh?”
Sebenernya, tidak pernah terbayangkan akan menikah dengan dia. Tapi hari itu, khitbah satu terlaksana. Maka setelahnya adalah taaruf tahap kedua. Tukaran proposal dan saling mengenal orangtua. Kami saling mengenal lewat ustadz dan ustadzah kami.
Awalnya khitbah kedua direncanakan akan dilaksanakan di bulan Mei. Ternyata di bulan Mei, wisuda Mas nya mundur. Jadilah bulan Mei itu, sepulang saya Umroh, dia juga baru pulang dari India, kami kejar-kejaran dengan waktu untuk melangsungkan lamaran ini. Alhamdulillah terlaksana.
Kalau boleh jujur, fase hijrah saya yang terberat adalah masa-masa menuju pernikahan ini. Ada banyak air mata dan dinamika.
Ah ya, kalian perlu tahu.
Saking sibuknya ngurusin nikah, bolak-balik ke KUA. Baju wisuda saya bahkan tidak terpikirkan, make up untuk akad adalah make up wisuda siang harinya. Baju nikah totally punya mamah, kerudung mamah, pake selendang mamah.
Alhamdulillah, setelah akad sudah terasa tenang.
Meskipun kedepan akan lebih berat, setidaknya kami sudah melewati satu tahapan ini. Nanti kalau Rere mau nanya dari pihak laki-laki, silahkan.
Sebenernya Mas nya tipe nya tek-tek-tek. Nggak pake yang menye-menye, aku mau nikah sama kamu, yaudah khitbah, tek-tek-tek gitu. (sambil diperagakan).
R : Okehhh… panjang ya ternyata, sekarang persiapan nikah, Yar.
Y: Oh ya persiapan nikah, ada 5 poin. Pertama, Ruhiyah. Ibadah wajib dan sunnahnya dikencengin. Saya memperbanyak puasa, zikir, dan tilawah. Banyakin taubat, istigfar, baca buku-buku agama tentang pernikahan, parenting, buku psikologi suami istri, dan buku fiqih-fiqih lainnya.
Yang kedua, Fikriyah. Saya rajin ke majelis ilmu. Rajin ke kajian, nonton kajian, silahturahmi ke kakak kelas, rajin baca buku, rajin cari ilmu pokoknya, ngobrol ke Rere, diskusi ke banyak orang. Karena amalan butuh ilmu, dan ilmu harus dicari.
Ketiga, Jasadiyah. Fisik itu dijaga, olahraga teratur, mengurangi makan malam, ya intinya menjaga badan dan merawat tubuh.
Keempat, Ma’aliyah (Finansial). Prinsipnya setelah wisuda, lepas finansial dari orangtua. Kalau saya, biaya hidup selama ini dari asisten, jadi pembicara, dan lain-lain. Sekarang sudah menikah ya jadi tanggung jawab suami.
Kelima, Ijti’maiyyah atau sosial. Disini sebenarnya lebih ke bagaimana kita memperbaiki hubungan kita di masyarakat, komunitas, bagaimana menjalin relasi, bersosialisasi, karena after collage life kita butuh relasi yang banyak.
R: Okehhh…. Yang paling berat dari serangkaian perjalanan menuju menikah adalah apa? Meyakinkan diri sendiri karena akan menikah? atau apa?
Y : Yang paling berat adalah…. Ujian selama prosesnya. Dan ini setiap orang beda-beda ujiannya. Yah, macem-macemlah.
R : Um…. Terakhir, Pesan Untuk para Akhwat dan ikhwan.
Y : Pesannya, Untuk seluruh muslimah. Fokuslah memperbaiki diri, memantaskan diri untuk Allah, fokus ke apa yang ada didepan mata. Jangan dipikirkan, “kok jodohku belum datang, kok begini, kok begitu”. Syukuri apa yang kalian miliki saat ini, apapun itu, jalani aja, lakukan segalanya dengan versi terbaik.
Jodoh pasti akan datang diwaktu yang tepat. Kalau bisa, berdoa itu yang detail, kalau mau menikah tahun depan ya berdoa tahun depan. Minta ke Allah yang detail.
Jadi ukhti progresif, jangan galau-galau.
Kalau memang sudah siap menikah, lalu ada ikhwan baik yang datang melamar, langsung aja suruh ke orangtua, karena laki-laki baik akan datang kerumah, bukan yang godain atau modusin. Kalau memang belum siap, ya bilang belum siap. Jangan kode-kode atau malah baper.
Untuk ikhwan.
Kalau kamu suka sama akhwat, pilihannya 2. Halalkan atau tinggalkan. Kalau siap langsung kerumah saja, temui orangtuanya. kalau belum siap ya jangan kode-kode, jauhi dulu nanti kalau sudah siap baru datang lagi. Nah, ketika kamu sudah siap, lalu datang untuk memperjuangkan dia, ingatlah bahwa tidak ada yang bisa menjamin kalau dia belum diambil orang lain.
Tidak ada yang bisa menjamin kecuali Allah.
Pastikan kamu memilih yang karena Alah. Pilih yang mengutamakan Allah dan rasulnya dari segala apapun, Insyaa Allah kamu akan bahagia.
Masyaa Allah.
Hasil wawancara dengan pihak Laki-laki.
R: Bismillah, saya ingin bertanya tentang persiapan sebelum menikah bagaimana, Mas? Mungkin bisa dijelaskan.
A: Persiapan mah macem-macem. Persiapan pengetahuan, wawasan keislaman, tentang pernikahan, dan keuangan. Selama ini, kita membuat target buku-buku yang harus dibaca. Selain itu juga persiapan finansial, yaitu dengan bekerja. Laki-laki itu harus bekerja, walaupun bukan pekerjaan tetap, tetapi harus punya pekerjaan. Jangan menyerah. Niat harus diluruskan karena Allah. Jangan sampai menikah menjadi sesuatu yang tanpa arah. Karena banyak orang, setelah menikah, yasudah, tidak ada sesuatu yang sifatnya substansial. Nah, Kita ingin agar pernikahan itu punya sesuatu berarti, bermakna, apa yang menjadi visi besar.
Sejatinya, hidup adalah pertempuran antara baik melawan buruk. Kita harus menyusun kebaikan dengan masterplan yg bernama ‘kolaboraksi kebaikan’. Kebaikan yang banyak, ke diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan lainnya. Dalam prosesnya harus dengan jalan yang diridhoi oleh Allah.
R: Okeyyyyy, selanjutnya, kenapa Yara?
A: Yaaa…… karena udah rejekinya.
R: Heheh. Baiklah. Selanjutnya ya Mas, Apa yang harus dijaga selama proses menuju pernikahan, dan apa yang paling berat?
A: Komunikasi. Nggak komunikasi disangka apa, komunikasi disangka apa. Jadi semua ada konsekuensinya.
R: Hem,,, begitu. Okeyy.. Apa yang membuat Mas mantap menikah? Karena diluar sana, mungkin ada ikhwan yang merasa belum siap menikah, tapi khawatir kalau akhwat yang dituju diambil orang lain.
A: Sebenarnya Ini soal keberanian. Laki-laki itu pemimpin. Pemimpin harus memiliki ketegasan tanpa ragu. Harus tegas, harus berani. Saya kan bukan yang seperti kebanyakan, saya limited edition.
R: Oh ya gitu? Baiklah, setelah pernikahan ini, kedepan mau ngapain?
A: Mau kerja untuk Indonesia. Ini tentang kolaboraksi kebaikan. Sudah ada dibuku saya (Judul bukunya Kolaboraksi Kebaikan) *jadi promosi
Intinya kerja untuk Indonesia, saya setelah ini pengen ke United Kingdom. Pengennya lanjut S2 di Oxford. Saya pengen jadi dosen, sedang mencoba CPNS juga. Tapikan hidup butuh banyak rencana.
R: Okehh, I see. Terakhir, pesan untuk ikhwan-ikhwan diluar sana, Mas.
A : Pesannya, Kamu nggak perlu kaya untuk menikah, kamu hanya butuh keberanian untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan pilihanmu. Saya tidak punya apa-apa, tapi saya punya keberanian untuk menerima segala konsekuensinya. Bangsa ini butuh orang-orang yg berani, karena bangsa ini didirikan oleh orang-orang yg berani. Kalau generasi kita tidak berani, mau seperti apa bangsa ini? Bagi saya, kebaikan itu harus disegerakan. Termasuk soal penikahan.
Beberapa hari setelahnya, saya menghubungi Yara, meminta beberapa materi tambahan untuk dimasukkan kedalam tulisan ini.
Dan ini adalah yang dikirim Yara.
Bismillahirrahmanirrahim
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S : Al-Furqaan :74)
Demi menyongsong masa depan yang cerah berdua dengan ridho Allah dan rindu Rasulullah SAW, maka insha Allah inilah ikhtiar kami
🍃 Persiapan 🍃
Ruhiyah
- Amalan Yaumiyah
- Sholat Fardhu, ikhtiarkan awal waktu dan jama'ah
- Sholat sunnah, rawatib, dhuha, tahajud, witir, taubat, istikharah, dll
- Puasa fardhu dan sunnah (senin-kamis, ayyamul bidh, daud, *optional)
- Baca Qur'an yang benar dan menghafal Qur'an
- Al-Matsurat Pagi/Petang
- Dzikrullah everytime
- Kajian live/on line tiap pekan 2
- Baca buku pranikah dan parenting
- Fiqh munakahat
- Menentukan Arah
- Prophetic Parenting
- Bahagianya Merayakan Cinta
- Risalah Pergerakan Jilid 1 & 2
- Rumah Cinta Hasan Al Banna
- All series wonderful marriage, Ust Cahyadi
- Fiqh Wanita dan all about muslimah for Yara
Jasadiyah
- Olahraga tiap pekan, bebas
- Renang/Senam
- Sit Up
- Lari
Maaliyah
- Usaha halal
- Bisnis hijab
- Buku / Ngisi, ditabung yah
- Asisten/Proyek
- Kolaborasi Kebaikan
- Hijrah Bareng Yuk
- Rumah Kepemimpinan
- PCMI JKT
- Dakwah Kampus
- Daerah masing2
- Keluarga dan lingkungan Yara
. Pemeriksaan
- Kesehatan dan Perawatan Tubuh
- Medical check up
- Perawatan All body mandiri/salon
- Menjaga makan (no more micin), banyak minum air putih
Keterampilan
- Parenting
- Cooking
- Give the Best for Husband & Wife
Terlepas akan menikah nanti saja atau segera, percayalah bahwa ada sebuah jembatan yang menghubungkan keduanya, yaitu persiapan. Selayaknya mati yang harus selalu dipersiapkan bekalnya.
Memangnya, siapa yang tau kalau tiba-tiba ada ikhwan atau akhwat yang datang melamar?
Karena kita tidak pernah tau, apakah jodoh atau malaikat maut yang akan lebih dulu melamar, sekali lagi, tugas kita adalah mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Sekian dari penulis, semoga bermanfaat.
Teruntuk saudariku, sahabat yang selalu menjadi telinga, Btari Aktrisa Yara Sukmaraja.
Baik-baik ya disana, semoga selalu dijaga oleh Allah. Semoga Mas Alfath akan terus membawamu pada Rabb pemilik semesta, semoga kalian akan terus bersama sampai pada Jannah-Nya.
Selamat berjuang mengarungi samudera kehidupan!
Your bridesmaid,
Rere
Foto 1 : Menjadi Bridesmaid Yara (Ki-ka : Nining-Yara-Rere)
*doain biar segera nyusul
Kota Rindu,
15 September 2018

0 comments