Part 4: Sekolah Calon Ibu (Bersih-Bersih Diri)
Sesi ini adalah sesi yang berbeda dari sebelumnya, bukan karena kami berenam yang berbeda. Namun karena Bunda meminta kami untuk menggambar.
Yes This time is for Tes Kepribadian.
Deg-degan euy.
Well, sebenarnya Bunda memberi kami tugas untuk menggambar pohon (selain pepaya, kelapa, beringin), orang, diri sendiri, dan rumah dengan pohon dan orang.
Kami menggambar di kertas HVS dengan pensil 2B. Selama menggambar, ada beberapa aturan yang harus dituruti, seperti tidak boleh dihapus, dan lainnya.
Maka, pada selasa 27 Februari 2018 tepat pukul 11.05 WIB kami memulai Sekolah Calon Ibu seperti biasanya.
Bunda meminta kami untuk memberikan nama pada kertas masing-masing. Kemudian, secara bergiliran Bunda melihat hasil gambar kami.
How does it feel ?
Emmm… something.
Yang pertama di lihat adalah Dhany. Srikandi satu ini kerap dijuluki ‘Rere’s Twin’ karena kata banyak orang kita mirip.
Yeah, Whatever.
Dhany setipe banget dengan saya, melankolis, peka, empatinya tinggi, dan baper parah.
Hehe, I am serious.
Mungkin yang membedakan adalah, latar belakang. Yaiyalah.
“Kalau mau nangis, nangis aja ya, Mbak” Begitulah pesan Bunda kepada Dhany dan kami semua.
Bunda kemudian memaparkan karakter Dhany, kecemasan, dan hal lainnya. Kemudian kami satu persatu diminta Bunda untuk menuliskan apresiasi kepada Dhany. Ini salah satu penguat kalo Dhany down, someday.
“Mbak, ada dua hal yang perlu diketahui. External Locus of Control dan Internal Locus of Control. External ini adalah hal-hal yang ada diluar. Sikap orang diluar, kita tidak mau dan kita tidak bisa mengaturnya. Misal, ditabrak motor. Nah, ini kan external. Tapi… Kita punya Internal Locus of Control, sikap kita dari dalam. Persentase External 90% dan Internal 10%. Maka, apapun yg terjadi dengan kita, kita masih punya 10% untuk menyikapi hal tersebut. Ditabrak orang misalnya, apakah kita akan marah? Memukul? Atau memaafkan?” Bunda menjelaskan panjang lebar.
Selanjutnya, kertas Annisa yang dilihat Bunda. Saya belum meminta izin pada Annisa untuk menceritakan di blog saya. Intinya adalah terkait masa lalu dan masa depan.
“Mbak Nisa, kamu punya kecemasan yang lumayan”.
Kami menatap Annisa yang raut wajahnya mulai memerah.
“Ketika kita memiliki masalah, yang terpenting bukan kita harus meluapkannya, menceritakannya, yang terpenting adalah, kita memaafkannya”. Bunda menatap serius.
Memaafkan, Mengikhlaskan, tingkatan ilmu tertinggi.
“Berprasangka baiklah pada Allah, Karena tidak semua tujuan baik dimulai dengan sesuatu yang enak, yang menurut kita baik. Bisa jadi sebaliknya”. Bunda kembali menjelaskan.
“Kamu dekat dengan Ibu?” Bunda mulai bertanya.
“Emm,,, Bapak Bun”. Jawab saya sekenanya.
“Bagaimana kamu memandang ibu kamu? Rapuh?”
Saya mengangguk.
Bunda kemudian membalik kertas yang lainnya.
“Kamu punya cita-cita yang besar, keinginan yang kuat, kemauan yang banyak. Jalan kamu masih panjang, kamu ingin melakukan banyak hal. Maka nanti kalau kamu mencari suami, carilah yang bisa memahami kamu”.
Saya tersenyum, lalu mengangguk.
Syarat No. 2 untuk menjadi suami saya, Bisa memahami saya dengan baik.
“Kita tidak bisa memilih untuk mengulang masa lalu. Tapi kita bisa memperbaiki untuk yang akan datang. Inilah saat yang tepat untuk merubah dimana kita berdiri”. Bunda menatap kami satu persatu.
Saya tidak bisa meluapkan isi hati. Saya sudah berjanji untuk menceritakan semuanya kepada suami saya nanti. Entah di dunia, atau di akhirat. Kita tidak pernah tau.
Bunda kemudian melanjutkan ke Astuti, Riyana, dan Nadiyah. Saya tidak bisa menceritakan secara detail karena ini ranah privasi.
Memang, setiap orang punya masa lalu. Ada yang membahagiakan, ada yang menyakitkan. Ada yg penuh kisah, ada yang biasa saja.
Namun yang pasti, mempelajari masa lalu adalah cara terbaik untuk menghadapi masa kini dan masa depan yang lebih baik.
“Mbak, nanti kalau sudah jadi Ibu, rasa sakit itu masukin ransel. Ranselnya dimasukin rak, raknya dikunci, jalan di depan masih panjang. Kalian akan berjalan dengan suami, kalian akan membawa ransel yang baru”.
Kami mencatat.
Konsep ransel yang menarik. Oh, Really.
“Allah itu punya cara personal untuk mendidik hamba-Nya. Bukan klasikal”.
“Kita perlu mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami”. Kami mengangguk sembari memegang kertas.
“Bun, ketika masa lalu itu terlalu sakit untuk di topang. Dan masih sulit untuk dimaafkan?” Saya bertanya ke Bunda.
“Pakai Metode Perahu Kertas. Tulis semua hal yang buruk di kertas, lalu buatlah perahu. Biarkan di berlayar ke laut, membawa sifat buruk kita. Boleh juga menulis sifat baik lalu dimasukin botol”. Bunda memberikan saran.
Lalu, saya dan Riyana Insyaa Allah akan melakukannya. Membuat perahu kertas dan membiarkannya berlayar ke laut.
Kalau kalian mau tahu siapa Riyana. Dia adalah salah satu Srikandi Favorit. Bertolak belakangan banget karakternya dengan saya.
Saya melankolis, Riyana plegmatis. Saya pemberontak, Riyana penurut. Saya bandel, Riyana kalem. Saya hidupnya penuh drama, Riyana katanya hidupnya biasa aja. Saya di biarkan mandiri ama orangtua, Riyana orangtuanya perhatian banget. Saya perasa, Riyana pendengar. Bahkan, pertama kali Riyana ketemu saya, dia takut. Aneh.
But, yang namanya perbedaan itu ternyata indah. Hehe.
Saya pernah bilang ke Riyana, kalau ada laki-laki copy paste nya Riyana. Saya bakalan mempertimbangkan.
Okeh, Next.
Bunda kemudian melanjutkan pembahasan. Kali ini Bunda menuliskan di papan tulis.
“Ada beberapa cara dalam merespon masalah. Pertama self Defense dan Coping Strategy. Self Defense terdiri atas proyeksi, marah, rasionalisasi dan membentuk opini. Coping Strategy terdiri atas emosi dan Problem Solving.”
Penjelasan nya kira-kira begini.
“Self Defense adalah bentuk pertahanan diri. Ketika menyelesaikan masalah dengan cara ini, maka kita telah memilih dengan cara negatif. Misalnya, Sedang stress lalu merokok. Ketika sedang marah, lalu meninju tembok”.
“Untuk yang Coping Strategy, kalau ada masalah, maka turunkan emosi lalu ambil keputusan. Problem Solving yaitu meng-arrangelangkah-langkah apa yang tepat untuk menyelesaikan masalah”.
Kami kemudian melanjutkan dengan sesi diskusi.
It was very nice. But I’ll keep it.
Tidak begitu banyak yang saya bisa sharing di sini. Mungkin lain kali saya akan menulis lebih banyak.
Next Sessionadalah belajar manajemen keuangan, komunikasi ranjang, dan membuat proposal yang ditujukan untuk calon.



0 comments